Narathiwat Abadikan Alquran Berusia Ribuan Tahun dari Indonesia
A
A
A
THAILAND - Bagi masyarakat muslim, mengunjungi Thailand, belum lengkap rasanya jika tidak menyambangi Narathiwat. Provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini memiliki banyak peninggalan sejarah . Salah satunya kitab suci Alquran berusia ratusan hingga ribuan tahun. Menariknya, beberapa di antaranya berasal dari Indonesia.
Seperti di Pondok Pesantren (Ponpes) Ahmadiah Islamiah. Di pesantren ini terdapat 34 Alquran yang tersimpan rapih dan terawat. Selain dari Arab Saudi, Mesir dan Malaysia, ada juga yang berasal dari Indonesia.
"Alquran itu terbuat dari berbagai macam jenis bahan mulai dari kayu dan kulit binatang. Alquran dari Jawa ada sekitar 34 buah. Itu dibawa oleh alim ulama dari Jawa yang datang ke Pattani," kata Ketua Yayasan Pondok Ahmadiah Islamiah Lutfee H Samea.
Puluhan Alquran itu tiba di Narathiwat ketika para alim ulama Nusantara hijrah ke bagian selatan Negeri Gajah Putih itu ratusan tahun lalu. Alquran tertua dari Indonesia ditulis pada 1634 Masehi. Penulisnya adalah Syekh Nuruddin Mohammad Hamid Roniri yang berasal dari Samudra Pasai.
Alquran-alquran itu ditaruh di lemari kaca. Di bawahnya, disertakan penjelasan mengenai Alquran itu dalam berbagai bahasa Thailand, Arab, dan Melayu. Lutfee menuturkan, dahulu Pattani merupakan provinsi di Thailand yang bersebelahan dengan Narathiwat. Tak heran jika banyak ulama Nusantara, Timur Tengah yang berdatangan ke Pattani dan menyebarkan Islam.
"Dulu kawasan ini, para alim ulama dari Arab, Yaman, Persia, Jawa, India tinggal di Pattani. Sebagaimana Aceh, dulu gelar daerah ini Serambi Mekkah, satu ketika dulu," kata Lutfee, Kamis (5/9/2019).
Untuk memastikan 34 Alquran itu dari Jawa, pihaknya bekerja sama dengan beberapa peneliti Indonesia, seperti bekerja sama dengan Taman Mini Indonesia Indonesia Indah (TMII) yang juga mengurusi manuskrip kuno.
Untuk menjaga kelestarian Alquran kuno, pihaknya membangun museum sehingga generasi muda Islam dapat terus memahami sejarah sekaligus menjadi tempat penelitian bagi generasi muda yang ingin mendalami ilmu agama. (Baca juga: Jejak Kerabat Sunan Ampel di Masjid Wadi Al Hussein, Thailand ).
Pihaknya bersyukur, pembangunan museum mendapat bantuan dari pemerintah Thailand dan diperkirakan selesai pada tahun depan. "Harapan saya dalam melestarikan Alquran ini, supaya koleksi museum dapat terawat dengan baik. Menjadi satu tempat kajian bagi anak-anak generasi mendatang untuk tahu kehebatan orang Melayu yang benar-benar bertamadun tulis Quran," jelas dia.
Selain Alquran, menariknya ponpes ini juga menyimpan banyak manuskrip kuno antara lain, tata cara pembuatan senjata keris dan kisah perwayangan di tanah Jawa. Manuskrip itu dibawa orang Jawa yang pindah dan menetap di Pattani. Untuk menjaga koleksinya, Ponpes mempekerjakan beberapa tenaga ahli dibidangnya. Mereka berasal dari Turki, Malaysia dan Thailand.
Seperti di Pondok Pesantren (Ponpes) Ahmadiah Islamiah. Di pesantren ini terdapat 34 Alquran yang tersimpan rapih dan terawat. Selain dari Arab Saudi, Mesir dan Malaysia, ada juga yang berasal dari Indonesia.
"Alquran itu terbuat dari berbagai macam jenis bahan mulai dari kayu dan kulit binatang. Alquran dari Jawa ada sekitar 34 buah. Itu dibawa oleh alim ulama dari Jawa yang datang ke Pattani," kata Ketua Yayasan Pondok Ahmadiah Islamiah Lutfee H Samea.
Puluhan Alquran itu tiba di Narathiwat ketika para alim ulama Nusantara hijrah ke bagian selatan Negeri Gajah Putih itu ratusan tahun lalu. Alquran tertua dari Indonesia ditulis pada 1634 Masehi. Penulisnya adalah Syekh Nuruddin Mohammad Hamid Roniri yang berasal dari Samudra Pasai.
Alquran-alquran itu ditaruh di lemari kaca. Di bawahnya, disertakan penjelasan mengenai Alquran itu dalam berbagai bahasa Thailand, Arab, dan Melayu. Lutfee menuturkan, dahulu Pattani merupakan provinsi di Thailand yang bersebelahan dengan Narathiwat. Tak heran jika banyak ulama Nusantara, Timur Tengah yang berdatangan ke Pattani dan menyebarkan Islam.
"Dulu kawasan ini, para alim ulama dari Arab, Yaman, Persia, Jawa, India tinggal di Pattani. Sebagaimana Aceh, dulu gelar daerah ini Serambi Mekkah, satu ketika dulu," kata Lutfee, Kamis (5/9/2019).
Untuk memastikan 34 Alquran itu dari Jawa, pihaknya bekerja sama dengan beberapa peneliti Indonesia, seperti bekerja sama dengan Taman Mini Indonesia Indonesia Indah (TMII) yang juga mengurusi manuskrip kuno.
Untuk menjaga kelestarian Alquran kuno, pihaknya membangun museum sehingga generasi muda Islam dapat terus memahami sejarah sekaligus menjadi tempat penelitian bagi generasi muda yang ingin mendalami ilmu agama. (Baca juga: Jejak Kerabat Sunan Ampel di Masjid Wadi Al Hussein, Thailand ).
Pihaknya bersyukur, pembangunan museum mendapat bantuan dari pemerintah Thailand dan diperkirakan selesai pada tahun depan. "Harapan saya dalam melestarikan Alquran ini, supaya koleksi museum dapat terawat dengan baik. Menjadi satu tempat kajian bagi anak-anak generasi mendatang untuk tahu kehebatan orang Melayu yang benar-benar bertamadun tulis Quran," jelas dia.
Selain Alquran, menariknya ponpes ini juga menyimpan banyak manuskrip kuno antara lain, tata cara pembuatan senjata keris dan kisah perwayangan di tanah Jawa. Manuskrip itu dibawa orang Jawa yang pindah dan menetap di Pattani. Untuk menjaga koleksinya, Ponpes mempekerjakan beberapa tenaga ahli dibidangnya. Mereka berasal dari Turki, Malaysia dan Thailand.
(tdy)